Memaknai Rabu Abu
Penulis: Administrator
Banyak orang mendengar tentang Rabu Abu, namun banyak juga yang tidak memahami apa yang dimaksud Rabu Abu.
Hari ini, Rabu (22/2), umat Katolik di seluruh dunia merayakan Rabu Abu. Rabu Abu jadi tanda umat Katolik memasuki masa pra-Paskah masa tobat.
Masa ini dilambangkan dengan goresan abu pada dahi umat Katolik. Mengutip situs resmi Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), abu jadi tanda kerapuhan manusia yang mudah jatuh dalam kelemahan dosa sekaligus tanda pertobatan.
Merujuk pada kitab suci, abu juga jadi tanda pertobatan di Kota Niniwe. Laman Katolisitas mencatat, pada Kitab Kejadian (Kej.2:7), umat Katolik diingatkan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan suatu ketika akan tiada lalu kembali menjadi debu.
Abu yang digunakan sendiri terbuat dari hasil pembakaran daun palma yang sudah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Dikisahkan, Yesus disambut bak raja di Kota Yerusalem. Orang-orang bersorak dan bernyanyi sembari melambaikan daun palma. Dalam tradisi umat Katolik, daun palma mengandung makna kemenangan.
Saat perayaan Rabu Abu, sembari menorehkan abu di dahi, Pastor atau Romo akan berucap 'Bertobat lah dan percayalah pada Injil' atau 'Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu'.
Abu yang dioleskan di dahi bukan dilakukan tanpa makna. Mengutip berbagai sumber, abu di dahi membantu umat untuk mengenali kembali area spiritual. Dahi dan kepala adalah tempat pikiran dan akal budi bekerja.
Mari kita memaknai Rabu Abu ini sebagai pertobatan yang sejati.
Sumber : cnnindonesia.com
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Berita Lainnya :
- 5 Gejala Covid
- Pesta Demokrasi SMA CAHAYA MEDAN
- Raimuna Nasional XII
- Nadiem Ubah Ketentuan Seleksi Masuk PTN
- Perayaan Hari Ekologi
Kembali ke Atas