• baru
  • gbanner7

SMA CAHAYA MEDAN #CerdasBerkarakter

Pencarian

Kontak Kami


SMA SWASTA CAHAYA MEDAN

NPSN : 10210725

Jl.Hayam Wuruk No.11 Medan 20153


[email protected]

TLP : 061-4513285


          

Prestasi Siswa


Juara Catur Nasional

Aisah



:: Selengkapnya

Banner

Statistik


Total Hits : 796603
Pengunjung : 380650
Hari ini : 232
Hits hari ini : 422
Member Online : 1
IP : 18.97.9.170
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

“Recover Together, Recover Stronger”




Dunia saat ini memasuki era Revolusi Industri 4.0 atau yang dikenal sebagai era digital. Era digital adalah masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital. Teknologi digital bukan merupakan hal yang baru dan datang secara tiba-tiba, tetapi sudah berproses sejak tahun 80-an sampai abad 21. Dewasa ini, teknologi digital sudah menjadi kebutuhan bukan saja orang dewasa tetapi juga remaja hingga kanak-kanak. Bukanlah hal yang mencengangkan jika anak balita bermain gadget. Setiap segi kehidupan telah terkait dengan teknologi, hal ini memang dilakukan untuk memberikan kemudahan dan menciptakan efisiensi manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya yang merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang diuntungkan dari kemajuan teknologi, salah satu contoh teknologi sebagai sumber belajar.

Walaupun mempermudah pekerjaan tetapi teknologi sendiri mempunyai dampak negatif yang berpengaruh terhadap generasi muda atau para pelajar khususnya, seperti: Penyalahgunaan teknologi sebagai sumber ilmu dan pusat pengetahuan; Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga membuat peserta didik menjadi malas;Tindakan penyalahgunaan teknologi saat ujian; dan Penurunan karakter.

Untuk pertama kalinya, 31 Desember 2019 China melaporkan adanya penyakit baru, yaitu Covid-19. Wabah ini merenggut ribuan nyawa dan mengubah tata cara kehidupan manusia mulai berinteraksi dengan sesamanya bahkan hubungannya dengan Tuhan. Indonesia baru menemukan kasus pertama pada tanggal 02 Maret 2020, Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan untuk melakukan social and physical distancing, work from home (WFH), belajar, beribadah dan berkerja dari rumah. Alasannya untuk menghambat laju penyebaran virus Covid 19.

Dalam dunia pendidikan, hal ini berdampak besar pada perkembangan Pendidikan anak, yang saat ini dituntut untuk belajar mandiri dan belajar secara daring. Menurut Menteri Pendidikan Nadiem Makariem, riset menunjukkan adanya dampak negative terhadap anak seperti ancaman putus sekolah; ancaman penurunan capaian belajar; kekerasan terhadap anak. Selain itu juga, peserta didikpun memiliki resiko psikososial akibat stress terus menerus didalam rumah dan tak dapat bertemu teman-teman. Namun di sisi lain, menurut Nadiem Makariem, factor kesehatan dan keselamatan anak juga sama pentingnya.

Mendukung hal itu, transformasi digital didunia pendidikan harus dilakukan, salah satu contoh dapat dilihat pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi pilihan dalam menjawab pemasalahan pendidikan selama pendemi dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Strategi pembelajaran jarak jauh menuntut kemapuan penguasaan IT dan adaptasi Guru dalam menyampaikan materi yang berbeda dengan biasa dilakukan meskipun tidak menuntut ketuntasan kurikulum. Sebagai aktor pendukung dalam pembelajaran, seorang Guru harus mengemas pembelajaran jarak jauh sebaik mungkin agar dapat diakses oleh seluruh peserta didik. Diawal pandemi menunjukkan masih banyak Guru yang belum menguasai IT, terpaksa guru hanya memberikan bahan ajar dan tugas melalui Whatsapp untuk dikerjakan yang penting anak-anak tetap belajar dari rumah. Akibatnya, peserta didik mengalami kejenuhan belajar, karena mereka merasakan pengalaman belajar yang tidak mengesankan, sulit untuk dijelaskan bagaimana kondisi generasi pada masa pandemi ini.

Saat ini Guru sudah terbiasa dengan pembelajaran online dan sudah bisa memanfaatkan aplikasi pembelajaran seperti Zoom, Gmeet, Google Classroom, dan Learning Management System (LMS). Hal ini menunjukkan perkembangan teknologi pendidikan menjadi factor dalam menyelesaikan masalah pendidikan saat pandemi Covid-19. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran Guru dan interaksi peserta didik dengan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang karakter. Pendidikan dipusaran pandemi Covid-19 dan era digital memberikan tantangan tersendiri dalam mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan teknologi. Tantangan ini juga menjadi kesempatan bagi semua tentang bagaimana penggunaan teknologi dapat membawa peserta didik menjadi kompeten untuk abad-21.

Sebagai Guru harus menjadi pengemudi mobil yang siap membawa muatannya ke tujuan yang benar dengan berbagai cara.  Sebagai pengemudi mobil pendidikan tidaklah mudah menjadi Guru yang baik, menyenangkan, dikagumi dan di hormati oleh peserta didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.  Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendapat pengakuan sebagai Guru professional, yaitu: berusaha tampil di muka kelas dengan prima, berlaku bijaksana, berusaha ceria di muka kelas, mengendalikan emosi, berusah menjawab pertanyaan yang diajukan peserta didik, berlaku adil, bercerita tentang pengalaman hidup dan menjadi konselor.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi permenungan dalam perbaikan sistem pendidikan kita.

  1. Guru yang penuh kasih, lembut dan penuh cinta.

Di masa pandemi Covid-19 dan era digital ini, Santo Yosef adalah figur yang cocok bagi Guru, yaitu sebagai model orang yang bekerja dibelakang layar demi kepentingan dan peningkatan kualitas diri peserta didik. Dimana seorang guru dituntut utuk tulus mengabdi dan melayani tanpa banyak tampil. Krisis karena pandemi Covid-19 menantang kita Guru berbela rasa seperti Santo Yosef yang saleh. Bagimana mewujudkan mengajar dengan berbela rasa disekolah? Ada beberapa Langkah yang harus dilakukan Guru, yaitu: Guru harus mampu menciptakan komunikasi “pemecah es” untuk memecahkan kebekuan suasana dalam berinteraksi dengan siswa; Guru harus pandai mengatur emosi secara baik dan canggih; Seorang guru harus memahami bahwa anak berbuat kesalahan lebih karena dorongan naluri kekanak-kanakanya ketimbang rasioanalnya; Guru sebagai pendoa bagi anak didiknya.

  1. Guru harus beradaptasi.

Ilmu akan terus berkembang selama ilmuwan melakukan penelitian. Salah satu contoh sebelum tahun 2006 Pluto sebagai planet terakhir dari tata surya. Sekarang Ilmuwan dunia telah sepakat tidak mengakui Pluto sebagai planet. Sebagai Guru IPA tentunya tidak bersikeras mengatakan Pluto sebagai planet terakhir dari Tata Surya. Oleh karena itu Guru adalah pihak pertama yang harus melek informasi. Perkembanan jaman turut mengubah pola pikir peserta didik. Informasi yang diterima oleh peserta didik tidak terbatas dari bangku sekolah. Melalui perkembangan tekonologi, peserta didik sudah dapat mengakses sejuta informasi terkait suatu topik. Untuk mengimbangi peserta didik, mau tidak mau Guru harus beradaptasi dengan laju perkembangan teknologi. Guru harus beradaptasi dalam materi pembelajaran dan strategi mengajar.

  1. Guru pembangun determinasi diri peserta didik.

Determinasi diri adalah kemapuan diri dalam mengidentifikasi keinginan yang berkaitan dengan otonomi, kompetensi dan relasi dalam rangka mencapi tujuan (Deci,2017). Sewajarnya, Guru tidak dapat selalu memberi kebebasan penuh kepada peserta didik tentang apa yang mereka lakukan dan tidak akan mereka lakukan dikelas. Guru juga tidak dapat menyakinkan mereka bahwa aktivitas kelas adalah bermain, bukan bekerja. Meskipun demikian, seorang Guru dapat melakukan beberapa hal untuk meningkatkan perasaan determinasi diri peserta didik tentang tugas dan pekerjaan sekolah, seperti: Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dan membuat  keputusan secara independent; Menyajikan peraturan dan instruksi secara informasional; Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat pilihan; Mengevalusi performa peserta didik; Memberikan penguatan pada diri peserta didik untuk setiap prestasi yang diraihnya (Manik,2019).

Mendukung program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional dunia pendidikan harus melakukan reformasi. Kita sebagai Guru Indonesia harus melakukan terobosan baru yang adaptif yang tidak berfokus pada pencapaian akademik, namun pada pembelajaran literasi, numerasi dan pendidikan karakter. Kita ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa. Dimasa pandemic dan era digital ini, bersama kita bergerak, bergotong royong dan berpegangan tangan, saling bahu membahu, saling mengingatkan, saling mendoakan untuk lebih professional, kreatif dan inovatif dalam menguasai alat/media pendidikan serta memberikan motivasi sebagai penyemangat peserta didik. “Tidak ada keajaiban dalam pekerjaan kita, kita tidak dapat berjalan diatas air, kita tidak dapat membelah lautan, kita hanya mencintai mereka yaitu anak bangsa”. Deus Misereatur Nostri Et Benedicat Nobis.

 

_____________________

(1) Deci, E. L. & Ryan, R. M. (2017). Self-determination theory: Basic psychological needs in motivation, development, and wellness. The Guilford Press

(2) Manik,F (2019). Guru Story 3. Bandung: Bukugrafi




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas